Wednesday, February 14, 2007

Suatu Sore Bersama Icha

"Uhh sebel, dasar cowo memang ga bisa dipercaya!" kata-kata Icha langsung mengagetkanku sore itu, dan membuatku sedikit emosi karena ketenanganku terganggu, udah gitu nyinggung-nyinggung cowo pula. Emangnya aku bukan cowo!
"Kamu kenapa, Cha?" tanyaku sambil berusaha tersenyum.
"Tuh, si Andre!" jawabnya sambil tetep pasang muka cemberut.
"Ada apa lagi ama Andre?" tanyaku lagi.
"Andre mau nikah!!" jawabannya kali ini membuatku kaget. "Ama siapa? Ama kamu Cha? Selamat dong kalo gitu. Kok malah bete gitu?" kali ini aku bertanya dengan wajah rada bego.
"Ama cewe lain! Itu yang membuatku kecewa. Ternyata cowo tuh mudah banget ya pindah dari satu cewe ke cewe lain. Kemarin-kemarin dia bilang kalo cinta lah ama aku, sayang lah ama aku, bla.. bla.. Sekarang? Tau-tau nglamar orang lain!" Icha nyerocos terus sambil terus menyalahkan makhluk yang bernama Andre. Andre dan Icha ini memang tampak seperti dua sejoli. Kemana-mana selalu tampak berdua, kupikir dulu mereka memang udah jadian. Tapi setiap aku ngobrol sama Icha, selalu Icha mengatakan bahwa di antara mereka berdua tidak ada hubungan khusus, selain teman dekat saja.
"Mmm... Cha. Emang kamu udah pernah nerima Andre?" aku memotong kata-katanya yang mengalir bak air banjir yang melanda Jakarta tahun ini.
"Ya belum pernah sih."
"Atau kamu pernah meminta Andre untuk menunggu keputusanmu?"
tanyaku lagi.
"Nggak sih, dia malah kuminta cari cewe lain yang lebih baik dariku." kali ini nadanya sudah agak turun, tidak berapi-api seperti tadi.
"Kalo gitu, bukannya dia malah menuruti kata-katamu?" tanyaku lagi. Kali ini dia terdiam. Aku pun meneruskan lagi, "Atau, kamu kecewa karena ternyata dia juga mendekati cewe lain saat mendekatimu?" Icha masih diam. "Kamu sendiri, ada cowo lain yang deketin kamu gak selama ini? Maksudku cowo lain itu juga kamu beri kesempatan lho?" Aku mulai bertanya seperti polisi menginterogasi.
"Ya, ada sih. Tapi kan itu biasa.." jawabnya.
"Hmm... biasa gimana? Bahwa cewe boleh milih sementara cowo hanya boleh mempunyai satu pilihan?" Kembali dia diam. "Sekarang aku tanya, misalnya Andre tetap setia mendekatimu, tidak melirik cewe lain sama sekali, akankah kamu terima dia?"
Pada pertanyaan ini dia menggeleng lemah, "Aku tidak tahu." jawabnya lirih, lirih sekali, nyaris tak terdengar.
Aku menghela napas dalam-dalam. "Hmm... ya udah Cha. Sekarang, biarlah dia bahagia dengan pilihannya, seorang wanita yang sudah jelas bersedia menerimanya dalam bahagia dan sedih" kata-kata itu yang akhirnya meluncur dari mulutku, mengiringi isak tangis Icha.. yang akhirnya pecah sore itu.

Well, cewe memang banyak didekati dan punya hak untuk memilih. Sedangkan cowo, sebagai perimbangannya, bisa jadi banyak mendekati agar pada akhirnya dia pun bisa memilih. Apakah berarti cowo seperti Andre itu playboy? Tentu bukan, kecuali jika cewe seperti Icha juga disebut playgirl. Begitu ya? Entahlah, karena cerita Icha tadi juga membuatku pusing dan ingin tidur cepat malam ini, mengarungi alam mimpi yang sering kali lebih indah dari alam nyata ^_^

Tuesday, February 06, 2007

Kilat Khusus, Sebuah Refleksi dari Kecepatan

Udah kilat, khusus pula. Bisa dibayangkan seberapa cepat sambarannya. Atau setidaknya, bisa dibayangkan kecepatannya apabila kata-kata itu ditempelkan pada suatu hal. Di Indonesia, kata-kata itu menempel di bidang surat-menyurat.

Mengapa ada nama "kilat khusus"? Gak tau pasti seeh, tapi yang jelas jaman dulu surat-menyurat itu lama sampainya. Kemudian ada fasilitas surat kilat yang lebih cepat sampai. Mungkin dengan metode pengiriman yang berbeda dan harganya lebih mahal. Setelah itu ada kilat khusus, ini lebih cepat lagi dari kilat, dan ada notanya (kalau surat kilat, penulis tidak yakin ada notanya atau tidak).

Beberapa tahun yang lalu, kilat khusus ini menjadi idola karena kiriman menjadi lebih cepat sampai walaupun harus merogoh kocek lebih banyak, apalagi kalau isi surat / paket yang dikirimkan semakin berat. Tapi sesuai namanya, memang cepat. Untuk kiriman dari Jogja ke Jakarta saja, rata-rata 2 hari sudah sampai. Jadi kalau sampai lebih dari itu, pasti sudah dengan alasan halangan yang bermacam-macam, dan itu memang benar-benar halangan.

Sekarang, wuih... boro-boro cepat. Semakin hari, kecepatan kilat khusus ini semakin berkurang. Mungkin udah capek kali "lari-lari" terus dari dulu. Kasus terakhir, penulis mengirim surat dengan kilat khusus ke daerah Cibubur dari Jogja, seminggu baru sampai. Cepat sekali mengirim surat dengan kilat khusus ini. Tidak tahu juga alasannya, apa karena Jakarta banjir atau ya biasanya memang lama? Sampai yang dikirimin surat selalu menanyakan mengapa suratnya belum diterima, karena khawatir pengirimnya salah menulis alamat. Duuh... gara-gara kecepatan kilat khusus ini, pengirimnya yang ketiban sampur rasa tidak percaya dari yang dikirimi.

Sekarang memang ada layanan baru, denger-denger sih 1 hari sampai, namanya Pos Express. Bisa di-track juga lewat website, sepertinya keren nih layanan. Tapi melihat kasus kilat khusus, kok kayaknya layanan ini juga nanti bakal lemot juga ya? Dan kita tidak pernah tahu apa yang menyebabkan kualitas dari layanan-layanan di Indonesia itu semakin tahun semakin memburuk. Kalau masalahnya pada harga, mengapa tidak dinaikkan saja harganya, tapi pelayanan lebih baik, atau setidaknya sama dengan sebelumnya. Toh kalau si pengirim keberatan dengan harganya, masih ada surat biasa yang murah meriah kok. "Tapi kan lama nyampainya?" Yach... sama aja dunk, pakai kilat khusus model sekarang juga lama.

Yach, sekedar refleksi tentang buruknya sistem pelayanan di negeri ini. Akankah diperbaiki? Akankah kita perbaiki jika kita berada dalam sistem itu? Atau sama saja, kita yang terbawa arus? Refleksi memang butuh tindak lanjut. Seperti melihat borok ketika kita bercermin, bisa ditindaklanjuti dengan diobati, bisa juga sekedar didiamkan. hmmm....

*Andaikata kecepatan kilat yang dari langit itu seperti pos kilat khusus, mungkin korban karena tersambar petir jadi sedikit karena sempat mengindar. Sayangnya kilat yang beneran itu tidak punya rasa lelah, dan tetap menyambar dengan kecepatan yang sama, dari waktu ke waktu