Apa itu es orson? duuh aku juga gak tau. Tulisannya aja bener pa gak juga gak tau haha. Rasa dari minuman itu juga aneh, susah dideskripsikan. Tapi terasa enak dan menyegarkan. Kenal dengan namanya es orson ini dari sejak SMP, dikenalkan oleh kakakku. Kalau dia pulang kuliah dan sekalian jemput aku (kalau pas pulang siang, gak sore) seringnya diajak ke sebuah titik di daerah Sagan, di sana ada PKL yang jualan es. Sangat murah, jaman dulu mungkin harganya Rp 50,- pa Rp 100,- gitu. Aku lupa. Sekarang harganya mungkin sekitar Rp 200,- pa Rp 300,- gitu, gak pernah nanya sih. Karena itu kakakku kalo beli es itu pasti gak cukup 1 gelas haha.
Setelah kakakku lulus kuliah dan aku masih SMA, aku sering nongkrong di sana, seringnya sendirian, temen-temenku malah jarang yang kuajak ke sana. Jika jajan di sana pasti hobi melamunku tersalurkan, walaupun banyak juga orang-orang di sekitarku, tapi aku gak kenal mereka. Anak-anak SMA juga banyak, tapi bukan temen-temen SMA-ku. Jika ke sana pasti pesen es, kemudian 1 atau 2 gorengan atau roti, dan sebatang rokok. Itu sudah cukup nyaman dan menenangkan. Namun sejak kuliah, aku jarang ke sana, hanya sekali-sekali saja.
Dan siang ini, di tengah panasnya hawa Jogja, aku merindukan suasana itu. Sudah lama aku tidak ke sana, baik sendiri maupun dengan kakakku. Dan kendaraanku pun kuarahkan ke sana. Ternyata tempatnya sekarang lebih "mewah" dibandingkan dulu pertama kali aku ke sana. Setidaknya sekarang nampak tidak sebecek dulu kalau hujan, karena sebagian sudah dipasang tegel, bangku-bangkunya pun sudah disemen, dan sekarang menu makanannya telah bertambah. Ada nasi bungkus segala. Pulang kantor di siang hari yang terik, sambil menunggu jadwal latihan band, kumenyepi di sana (sebenarnya gak sepi sih, banyak anak SMA, tapi aku cuek aja), menenangkan pikiran sejenak dari kerjaan yang seminggu ini terasa menyesakkan, membayangkan cintaku yang berada jauh di sana, dan merasakan nyamannya kembali ke suasana yang jauh dari kemewahan cafe dan resto yang sekarang menjamur di kota Jogja.
Dan si ibu penjual es masih setia di sana, walau sekarang tidak sendirian lagi, sudah dibantu oleh orang lain (mungkin anak/keponakannya). Dan beliau masih mengenaliku, dan bertanya "Kok lama gak keliatan, mas?" Duuuuhh sebuah kangen yang terobati.
*To my big brother: Kalau balik Jogja kita ke sana lagi ya, masih tetep murah kok hahaha