Friday, April 11, 2008

Lesson Learned (part 2)

Udah lama gak posting yang beginian nih setelah setengah tahun lebih posting "Lesson Learned" versi pertama, sudah saatnya share pengetahuannya di-update :-)

"Lesson Learned (part 2)" ini hanya ingin sekedar share bahwa ternyata beban project di awal, tengah dan akhir proyek itu berbeda. Ku kurang mengerti bagaimana idealnya, namun yang dialami adalah bahwa masa akhir proyek itu menghabiskan energi ekstra dibanding masa awal dan tengah.

Seringkali saya dan tim mengalami kesulitan untuk close sebuah project. Pentingnya masa akhir project berkaitan dengan pelunasan pembayaran oleh klien dan selesainya (baca: bisa diterima dan digunakan klien) aplikasi yang kita bangun. Dan seringkali kita menemukan bahwa klien tidak mau melunasi kewajibannya sebelum aplikasi dicoba dan dinyatakan bersih dari bug, padahal katanya software development itu hampir pasti tidak bisa free of bugs.

Pelajaran yang didapat dari kondisi seperti itu adalah:
Bersiaplah untuk pendampingan intensif ketika kita menyatakan development telah selesai

Maksudnya gimana? Well, biasanya klien akan meminta waktu untuk melakukan testing di sisi mereka apabila kita sudah deklarasi selesai. Dan pengalaman yang dialami, jarang sekali hal mulus terjadi pada masa testing oleh klien. Nah, agar fase ini bisa berakhir dengan cepat dan baik, maka segera fokuskan seluruh effort ke sana. Klien harus didampingi, sehingga jika ada kesulitan cepat direspon, dan ketika ditemukan bug atau kekurangan cepat pula ditangani. Dan fokus ke pendampingan ini harus benar-benar intensif, karena waktu 1 hari menjadi sangat berharga di masa ini, apalagi sekali lagi kita pun harus mengasumsikan bahwa klien tidak "siap setiap saat", sehingga sebagai penyeimbangnya, kitalah --sebagai pengembang-- yang harus siap setiap saat. Sebagai tambahan catatan, "pendampingan" yang dimaksud adalah pendampingan untuk user testing, agak berbeda dengan pendampingan implementasi yang bersifat mentoring dan monitoring.

Mengapa fase ini harus diakhiri dengan baik? Tampaknya tidak perlu dibahas :p Dan mengapa fase ini harus diakhiri secepat mungkin? Yang pertama agar kewajiban klien cepat pula bisa kita tagih dan terlaksana. Dan yang kedua adalah agar tim kita cepat "lepas" dari project, dan bisa menerima assignment lagi untuk project lainnya yang menunggu di belakangnya. Tentu kita tidak ingin timeline yang dibuat rusak --atau makin rusak :D -- hanya karena kita lengah di akhir suatu project, kan?

Ada yang punya pengalaman dan ingin sharing di sini? Please do :-)


**artikel ditulis pada sebuah weekend yang cukup penat dengan kondisi closing banyak project

3 comments:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Monitor de LCD, I hope you enjoy. The address is http://monitor-de-lcd.blogspot.com. A hug.

Ochie said...

Software sich emang gak ada batasannya...apalagi kalo inisiasi diawal kita gak bagus...bakal kelabakan dibelaknag sich..beda ama klo beli baju atau meja..yang barangnya jelas...

Tetap semangat mas teguh!!!

Teguh said...

@ochie:
ada seorang temen dari marketing yang bilang bahwa dalam urusan software gini memang diperlukan negosiator handal, agar tim teknis yg dibawanya tidak keteteran dengan meluasnya scope. Cukup masuk akal juga, karena ternyata di akhir project sebenarnya kita bisa merasakan mana request yang memang urgent dan feasible, mana yang tidak. *dapet pelajaran lagi*

thanks support-nya Chie, semoga bisa aku bisa tetap semangat terus :)